Minggu, 06 Maret 2016

4 PROSES MENGUBAH BIJI KOPI MENJADI MINUMAN

  Terdapat empat proses dasar dalam menyiapkan kopi untuk disajikan yaitu :Roasting atau memanggang biji kopi mentah,  Grinding atau menggiling,Brewing yaitu kopi bubuk dicampur dengan air panas untuk waktu tertentu atau diseduhdan Ekstraction pemisahan kopi cair dari unsur dasarnya.
biasanya kopi langsung diseduh sebelum diminum, di banyak daerah kita dapat membeli kopi yang sudah diproses, sudah dipanggang, atau sudah di giling. kopi sering dikemas dengan prinsip Vakum untuk mencegah proses oksidasi dengan tujuan memperpanjang waktu penyimpanan.

Roasting

Proses roasting bertujuan untuk mengubah fisik dan sifat kimia dari kopi, pada saat dipanggang, biji kopi hijau atau green beans akan mengembang hampir dua kali lipat dari ukuran aslinya, warna dan kepadatanya akan berubah. akibat panas dari proses pemanggangan akan merubah warna kopi menjadi kuning, kemudian coklat (light "Cinnamon" Brown) dan terahir warna coklat menjadi semakin gelap. selama proses pemanggangan akan muncul minyak diseluruh permukaan biji kopi, pemanggangan secara terus menerus akan membuat minyak tersebut hilang akibat panas,Pemanggangan atau Roasting dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan tradisional biasa seperti wajan, grill, Oven, atau Popcorn Popper dan bisa juga dengan menggunakan peralatan khusus yang cocok untuk pemanggangan kopi.

Grinding

Grinding atau penggilingan dilakukan untuk mempermudah prosesbrewing atau penyeduhan, tingkat kehalusan kopi setelah digiling sangat berpengaruh pada proses brewing, kopi yang digiling dengan sangat halus akan menyebabkan luasnya permukaan "kontak" dengan air yang akan memunculkan rasa yang keras, pahit atauover ekstraksi. pada kasus yang lain, hasil gilingan yang kasar akan menghasilkan kopi yang "lemah"
Karena pentingnya efek dari penggilingan, maka diperlukan hasil penggilingan yang seragam.penggilingan yang terlalu halus akan meningkatkan efisiensi ekstraksi namun juga akan memperlambat proses filtrasi atau penyaringan.Kopi yang sudah dipanggang kualitasnya memiliki waktu penurunan kualitas yang lebih cepat ketimbang kopi yang belum digiling, karena luas permukaan yang bisa menyerap oksigen lebih besar ketimbang biji kopi mentah, ini yang menyebabkan banyak penikmat kopi akan segera mengkonsumsi kopi setelah digiling.

Secara umum terdapat empat proses Grinding yaitu : Burr Grinding cocok untuk teknik penyeduhan esspresso, Drip, French press dll, Chopping ( bubuk kopi yang dihasilkan cocok untuk penyeduhan dengan menggunakan teknik drip tidak cocok untuk penyeduhan pada mesin esspresso dan french press karena dapat menyumbat saringan), Pounding (banyak digunakan pada pembuatan kopi arab dan turki) dan Roller Grinding (biasanya digunakan untuk skala komersial atau industri).

Brewing

Secara umum terdapat empat prinsip yang digunakan pada saat penyeduhan kopi yaitu : Boiling, Steeping, Filtration Methods dan Pressure.


Boiling

Merebus kopi adalah metode yang paling banyak digunakan dari tahun 1930, dan hingga saat ini pembuatan kopi dengan cara direbus masih digunakan dibeberapa negara timur tengah dengan menggunakan alat turkish coffee pot.

metode yang paling sederhana adalah dengan cara menaruh bubuk kopi didalam cangkir atau gelas, kemudian menuangkan air panas kedalamnya, metode ini dikenal dengan nama Mudd Coffee atau kopi lumpur, jika bubuk kopi yang digunakan tidak cukup halus sebagian akan mengambang dipermukaan.
Kopi koboi atau Cowboy Coffee dibuat dengan cara merebus kopi dalam sebuah pot yang dipanaskan diatas api unggun pada jaman dahulu, setelah matang kopi disaring terlebih dahulu sebelum diminum. metode ini kadang digunakan dengan menggunakan susu panas dan bukan air.
pada pembuatan kopi Turki atau kopi Arab, pot yang digunakan disebut cezve (Turki), Kanaka (mesir), Briki (Yunani) danTurka (Rusia).


Steeping


Metode ini banyak digunakan dengan menggunakan French Press. air dan kopi ditempatkan didalam silinder dibiarkan selama beberapa saat biasanya sekitar 4 - 7 menit baru plunger ditekan dengan lembut kebawah.




Filtration


Teknik ini banyak digunakan dengan menggunakan Vietnam Drip, Neapolitan Coffee maker, Iced Coffee Brewer ( proses dengan cara meneteskan air dingin dengan waktu proses 8 - 24 jam, dengan perbandingan air dan konsentra 3 : 1)

Vietnam drip
 Neapolitan coffee maker
Iced coffee brewer

Pressure


alat yang disering digunakan pada teknik Pressure adalah Moka Pot dan AeroPress

alat yang disering digunakan pada teknik adalah Moka Pot dan Aero Press

Moka pot
Aeropress


Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi anda


Rabu, 02 Maret 2016

TIPE ROASTING KOPI



Pada dasarnya roasting adalah proses mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan dan mengembangkan bijinya, mengurangi beratnya hingga 20%, serta yang paling penting adalah mengubah unsur gula menjadi CO2 sebagai alat transport untuk memberikan aroma pada kopi tersebut.

Ada tiga tingkat roast (tingkat panggang) yang paling umum yakni light roast, medium roast, dan dark roast.
Light Roast adalah tingkat roast dengan biji kopi berwarna coklat tua.
Medium Roast adalah tingkat roastdengan biji kopi berwarna coklat tua cenderung gelap
Dark Roast adalah tingkat roastdengan biji kopi berwarna gelap yang diselimuti minyak di permukaan bijinya. Kedua tingkatroasting ini mempunyai rasa dan aroma yang berbeda yang sama-sama luar biasa enak dan nikmat. 
Light Roast terasa asam menonjol, Medium Roast terasa asam seimbang, sedangkan Dark Roast terasa sedikit pahit.
 Adapula tingkat roast yang lebih spesifik seperti

  • Cinnamon Roast. Tingkatan ini masuk dalam kategori light roast, dapat dilihat dari biji kopi yang masih berwarna cokelat muda seperti warna kayu manis dan tidak berminyak di permukaan, jika diseduh memiliki tingkat acidity yang tinggi, proses penyangraian berhenti tepat sebelum first crack.
  • New England Roast. Tingkatan Ini juga termasuk light roast, namun warnanya lebih gelap dibandingkan Cinnamon roast, proses penyangraian berhenti pada krek pertama (first crack).
  • American Roast. Derajat sangrai ini termasuk ke dalam medium roast dan cukup digemari di Amerika. Tingkatacidity-nya tidak terlalu tinggi denganbody medium. Warnanya coklat sedikit lebih gelap dari New England Roast, disangrai hingga akhir waktu krek pertama.
  • City Roast. Ia juga termasuk medium roast, berwarna coklat agak gelap, memiliki bodylebih tebal serta rasa, aroma, dan acidityyang lebih seimbang dibanding tipe light roast.
  • Full City Roast. Derajat ini termasuk ke dalam mediumdark roast; warnanya coklat tua dengan permukaan yang sudah mulai berminyak, penyangraian berhenti ketika memasuki tahap awal krek kedua (second crack).
  • Vienna Roast. Tingkatan ini juga masuk kategori mediumdark roast; meski ada juga yang mengategorikannya sebagaidark roast. Warnanya lebih gelap dari Full City Roast dan memiliki body yang tebal dengan acidity rendah. Proses penyangraian dilakukan hingga pertengahan krek kedua.
  • French Roast. Tingkatan ini masuk ke dalam kategori dark roast, warnanya kehitaman dengan permukaan yang berminyak dan sedikit hangus, jika diseduh rasanya seringkali pahit. Kopi sangrai ini memiliki kadar kafein yang rendah.
  • Italian dan Spanish Roast. Keduanya menunjukkan karakteristik permukaan yang gosong, berwarna hitam dan sangat berminyak. Acidity hilang dan menghasilkan rasa arang jika diseduh.
Tingkatan penyangraian di atas dapat menjadi patokan bagi Anda untuk menentukan biji kopi seperti apa yang ingin Anda beli atau konsumsi.

Selasa, 01 Maret 2016

SEKILAS TENTANG COFFEE CUPPING


Pernahkah Anda mendengar istilah wine tasting? Mencicipi winemerupakan ritual untuk mengetahui jenis dan kualitas wine tertentu berdasarkan perbedaan seperti jenis buah anggur, pengolahan, lama fermentasi, dan sebagainya. Dalam dunia kopi, aktifitas seperti itu dikenal dengan namacupping atau uji cita rasa, di mana seorang pencicip harus menghadapi beberapa cangkir seduhan kopi dan mencicipinya dengan cara-cara tertentu. Salah satu tujuan dari cuppingitu untuk mengetahui perbedaan berbagai hasil seduhan kopi berdasarkan jenis, tingkat sangraian biji kopi, dan perbedaan profil rasa khas. Tujuan utama dari cupping adalah untuk mengetahui cacat produk atau profil rasa negatif dari kopi. Karena itu, aktifitas cuppingharus dilakukan secara baku lantaran biasanya dilakukan di dalam industri kopi.
Tapi, jika Anda bukan pelaku industri kopi, Anda tetap bisa melakukan cupping lantaran secara umum cupping juga merupakan cara untuk mengetahui perbedaan profil rasa berbagai jenis kopi dari beberapa daerah penghasil. Berikut panduan umum daricupping.

Perlengkapan dan Persiapan untuk Melakukan Cupping

Untuk menciptakan pengalaman pencicipan standard, perlengkapan cupping tidak boleh sembarangan.


Asosiasi Kopi Spesialti Amerika (SCAA)—sebagai salah satu organisasi kopi yang paling banyak dirujuk—telah membuat protokol atau standar yang harus dipenuhi dan disiapkan untuk praktik cupping yang ideal, antara lain adalah:
  • Gelas cupping. Jumlahnya mulai dari 5 hingga 10 gelas cupping berukuran sama. Gelas atau cangkir terbuat dari gelas atau keramik yang memiliki tutup, bahan dan material sama, serta satu sama lain identik secara volume. Volume cangkir sebaiknya antara 207 higga 266 ml, dengan ukuran diameter mulut cangkir sekitar 7,6 hingga 8,9 cm.
  • Sendok cupping untuk masing-masing sampel kopi, dengan bahan dan takaran sama. Semua sendok diletakkan di dalam satu cangkir.
  • Sampel kopi.
  • Air minum untuk menetralisir lidah dan bagian dalam mulut.
  • Agtron atau perkakas lain untuk membaca warna kopi tersangrai.
  • Alat perebus air. Air yang dituangkan ke cangkir berisi bubuk kopi harus sekitar 93°.
  • Alat penggiling kopi atau coffee grinder.
  • Timbangan biji kopi.
  • Alat tulis dan perlengkapannya seperti papan penjepit, kertas, dan pensil untuk mencatat hasilnya.
Selain semua perlengkapan ini, lingkungan kitaran juga harus disiapkan. Cupping harus dilakukan di tempat dengan pencahayaan yang bagus, tenang, dan tanpa aroma atau bau-bauan yang bisa memecah dan mengganggu konsentrasi. Telepon genggam pun sebaiknya dimatikan.

Metode Cupping

Sebelum Anda melakukan cupping, sampel kopi yang Anda gunakan harus memiliki profil sangrai tingkat light to medium, yang diukur dengan menggunakan skala Agtron yaitu poin 58 untuk kopi dalam keadaan biji dan poin 63 untuk kopi ketika keadaan bubuk. Jika menggunakan SCAA Roast Tile, poinnya antara 55 sd. 60.
Proses penyangraian sampel kopi dilakukan tidak kurang dari 8 menit dan tidak lebih dari 12 menit. Dan kopi yang disangrai tidak boleh sampai meninggalkan bekas hangus (scorching atau tipping). Setelah disangrai, biji kopi harus segera didinginkan dan jangan disimpan di dekat sesuatu yang berbau tajam. Setelah suhunya mencapai suhu kamar, baru dimasukkan ke wadah tertutup dan disimpan dalam ruangan yang terhindar paparan langsung sinar matahari. Dan kopi tersangrai tersebut sekurang-kurangnya telah didiamkan dari masa sangrai selama 8 jam sebelum digunakan untuk keperluan cupping.
Jika Anda sudah mempersiapkan biji kopi tersangrai, barulah hal berikut dilakukan:
  • Giling biji kopi, lalu taruh di dalam gelascupping. Lakukan pengujian pertama dengan mencium aroma (kering) kopi yang baru digiling tersebut dan tuliskan hasilnya. Untuk pengujian aroma kering ini, sampel kopi yang sudah tergiling harus segera dinilai, tidak boleh lebih dari 15 menit setelah kopi tergiling.
  • Setelah pengujian pertama, langsung tuangkan air panas dengan suhu sekitar 93°. Rasio idealnya adalah 8.25 gram bubuk kopi per 150 ml air. Tuangkan juga air panas yang digunakan untuk cupping ke gelas yang berisi sendok cupping agar suhunya sama ketika digunakan.
  • Tanpa mengaduk kopi yang telah dituangi air panas, cium lagi keharuman atau aroma basah (fragrance) dari sampel kopi dan catatkan apa yang Anda temukan.
  • Tunggu selama sekitar 3 sampai 5 menit, lalu ambil sendok cupping dari cangkir yang berisi air panas sebelumnya. Lalu aduk dengan pelan untuk membuyarkan bubuk kopi yang mengapung dipermukaan (crust)dengan sendok cupping sebanyak 3 kali. Kemudian, Anda mulai menghirup aroma basah yang merebak sambil menyisihkan buih yang muncul ke bagian belakang sendok. Setelah itu Anda mencatat hasilnya.
  • Setelah seduhan kopi sudah sampai pada suhu 71°, kurang lebih sekitar 8 sd. 10 menit dari waktu penyeduhan pertama kali, pengujian rasa (cairan kopi) sudah mulai dilakukan. Anda menyesap cairan kopi dengan cepat agar cairan tersebut bisa menutupi seluruh bagian lidah dan langit-langit mulut dan aromanya menyeruak ke hidung. Lakukan perlahan-lahan sampai Anda bisa merasakan rasa kopi yang ada. Pada tahap ini, Anda mencatat deskripsi soal rasa (flavor), tekstur cairan di dalam mulut (body), keasaman (acidity), dan jejak rasa tertinggal (aftertaste) dari kopi tersebut.
  • Setelah suhunya mendingin, sekitar 37°, Anda kembali menyesap cairan kopi seperti sebelumnya untuk menilai tingkat kemanisan (sweetness), konsistensi rasa kopi dari setiap gelas (uniformity), dan kebersihan (cleanliness) rasa kopi. Tak lupa Anda mencatat hasilnya di kertas penilaian.
  • Jika ada sesuatu yang khusus untuk disampaikan, misalnya rasa cacat, jangan lupa mencatatnya.
Lalu, bagaimana penilaian standardnya? Selain menggunakan deskripsi, Anda juga bisa menggunakan angka skor standard. Skalanya adalah angka 6 untuk Good7 untukVery Good8 untuk Excellent, dan 9 ke atasuntuk Outstanding. Angka yang tingkatannya di bawah 6 menandakan kopi yang kualitasnya jauh di bawah standard.
Hal yang perlu diperhatikan adalah meski terdapat standardisasi untuk melakukancupping, pada dasarnya para penguji cita rasa kopi dari kalangan profesional juga memiliki ciri khas penilaian dan cara pencicipan mereka sendiri, walaupun tetap tidak menyimpang jauh dari metode standard.


the article is taken from : bincangkopi

Minggu, 28 Februari 2016

SEJARAH KOPI


SEJARAH KOPI

Sejarah mencatat bahwa penemuan biji kopi sebagai minuman yang sangat berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Orang dari Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun yang lalu, atau 1000 tahun Sebelum Masehi. Kopi kemudian terus berkembang hingga sekarang ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia. Negara Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya dan kemudian di eksport di berbagai penjuru dunia. Di samping rasa dan aromanya yang sangat menarik, khasiat kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker , diabetes , batu empedu , dan berbagai penyakit jantung.
Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab : قهوة‎ dibaca qahwah yang artinya kekuatan, karena pada awal ditemukan kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kemudian diubah menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian diubah lagi menjadi koffie. Dalam bahasa Belanda Penggunaan kata koffie langsung diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang hingga saat ini dikenal dengan nama kopi.
Penemuan biji kopi sekitar tahun 800 Sebelum Masehi ada pendapat lain mengatakan jika tahun 850 Masehi. Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika, terutama orang dari bangsa Etiopia, yang mengonsumsi biji kopi yang dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh. Penemuan kopi sendiri terjadi secara tidak sengaja ketika penggembala bernama Khalid seorang dari Abyssinia, mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari terbenam setelah memakan sejenis buah berry. Ia pun mencoba memasak dan memakannya. Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai negara di Afrika, namun metode penyajiannya masih menggunkan metode konvensional. Barulah beberapa ratus tahun kemudian biji kopi ini dibawa melewati Laut Merah dan tiba di Negara Arab dengan metode penyajian yang jauh lebih maju.
Sejarah Penyebaran Kopi Di Arab

Bangsa Arab yang memiliki peradaban yang jauh lebih maju daripada bangsa Afrika pada saat itu, tidak hanya memasak biji kopi, tetapi juga direbus untuk diambil sarinya Pada abad ke-13, umat Muslim banyak mengonsumsi minuman kopi ini agar ibadah tetap terjaga. Kepopuleran kopi pun turut meningkat seiring dengan penyebaran agama Islam pada saat itu hingga mencapai daerah Afrika Utara, Mediterania dan Negara India. Pada masa ini, belum ada budidaya tanaman kopi di luar daerah Arab karena bangsa Arab selalu mengekspor biji kopi yang infertil (tidak subur) dengan cara memasak dan mengeringkannya (coffee bean) terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan budidaya tanaman kopi tidak memungkinkan. Barulah pada tahun sekitar 1600-an, seorang peziarah dari negara India bernama Baba Budan berhasil membawa biji kopi fertil keluar dari kota Mekah dan menumbuhkannya di berbagai daerah di luar Arab. Dan hingga kini tumbuhan kopi menyebar di seluruh pelosok dunia.
Sejarah Penyebaran Kopi Di Eropa

Venesia adalah kota perdagangan kopi di era awal masuknya kopi di Benua Eropa. Biji kopi dibawa masuk pertama kali ke Eropa secara resmi pada tahun 1615 oleh seorang saudagar dari kota Venesia. Ia mendapatkan pasokan biji kopi dari orang dari negara Turki, namun jumlah saat itu, jumlahnya tidaklah mencukupi kebutuhan pasar, yang permintaannya sangat tinggi. Oleh kerena itu, bangsa di Eropa mulai membudidayakan tanaman kopi. Bangsa Belanda adalah salah satu negara Eropa pertama yang berhasil membudidayakannya pada tahun 1616. Kemudian pada tahun 1690, biji kopi dibawa ke Pulau Jawa untuk dikultivasi secara besar-besaran. Pada saat itu, Indonesia masih merupakan negara jajahan Belanda. Pada sekitar tahun 1714-an, Raja Perancis Louis XIV menerima sumbangan pohon kopi dari bangsa Belanda sebagai pelengkap koleksinya di Kebun Botani Royal Paris, Jardin des Plantes. Pada saat yang sama, serorang angkatan laut bernama Gabriel Mathieu di Clieu ingin membawa sebagian dari pohon tersebut untuk dibawa ke Martinique. Akan tetapi, hal tersebut ditolak oleh Louis XIV dan sebagai balasannya, ia memimpin sejumlah pasukan untuk menyelinap masuk ke dalam Jardin des Plantes untuk mencuri tanaman kopi. Keberhasilan Gabriel Mathieu di Clieu membawa tanaman kopi ke Martinik merupakan suatu pencapaian yang sangat besar. Hal tersebut dikarenakan budidaya tanaman kopi di sana cukup baik. Hanya dalam kurun waktu 50 tahun, telah terdapat kurang lebih 18 juta pohon kopi dengan varietas yang beragam. Progeni inilah yang menjadi salah satu sumber dari kekayaan jenis kopi di dunia.
Sejarah Penyebaran Kopi di Benua Amerika

Pada tahun 1727, pemerintah Brasil berinisiatif untuk menurunkan harga pasaran kopi di daerahnya, karena pada saat itu kopi masih dijual dengan harga mahal dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan elit yang kaya raya. Oleh karena itu, pemerintah Brasil mengirimkan agen khusus, Letnan Kolonel Francisco de Melo Palheta, untuk menyelinap masuk ke Perancis dan membawa pulang beberapa bibit kopi. Perkebunan kopi di Perancis memiliki penjagaan yang sangat ketat sehingga hal tersebut tidak memungkinkan. Palheta pun mencari jalan lain dengan cara mendekati istri gubernur. Sebagai hasil kerja kerasnya, ia membawa pulang sebuah buket berisi banyak bunga kopi yang diberikan oleh istri gubernur seusai jamuan makan malam. Dari pucuk-pucuk inilah bangsa Brasil berhasil membudidayakan kopi dalam skala yang sangat besar sehingga bisa dikonsumsi oleh semua orang.



Sejarah Penyebaran Kopi di Indonesia

Pada era Tanam Paksa atau Cultuurstelsel (1830—1870) masa penjajahan Belanda di Indonesia, pemerintah Belanda membuka sebuah perkebunan komersial pada koloninya di Hindia Belanda, khususnya di pulau Jawa, pulau Sumatera dan sebahagian Indonesia Timur. Jenis kopi yang dikembangkan di Indonesia adalah kopi jenis Arabika yang didatangkan langsung dari Yaman. Pada awalnya pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi, Bogor, Mandailing dan Sidikalang. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, Sulawesi, Timor dan Flores. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia mulai terserang hama, yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Akhirnya pemerintah penjajahan Belanda sempat memutuskan untuk mencoba menggantinya denga jenis Kopi yang lebih kuat terhadap serangan penyakit yaitu kopi Liberika dan Ekselsa. Namun didaerah Timor dan Flores yang pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis tidak terserang hama meskipun jenis kopi yang dibudidayakan disana juga kopi Arabica.Pemerintah Belanda kemudian menanam Kopi Liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi Liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi Liberika sedikit lebih besar dari biji kopi Arabika dan kopi Robusta. sebenarnya, perkebunan kopi ini tidak terserang hama, namun ada revolusi perkebunan dimana buruh perkebunan kopi menebang seluruh perkebunan kopi di Jawa pada khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumnya. Tapi saat ini Indonesia menjadi Negara Penghasil Biji Kopi Terbesar No. 3 di dunia.

Jumat, 26 Februari 2016

METODE ROASTING TORREFACTO



Pernakah  kamu melihat biji kopi berwarna hitam mengkilap? Jika pernah, mungkin saja itu biji kopi yang disangrai dengan sebuah metode roasting bernama“torrefacto”. Biji-biji kopi tersebut bukanlah biji kopi yang di-roastingpada level dark sehingga terlihat gosong. Torrefacto dan dark roastadalah dua hal berbeda meski sama-sama menghasilkan cita rasa pahit dan membuat biji kopi bertahan lebih lama. Lalu apa itu torrefacto?

Torrefacto adalah sebuah metoderoasting yang menambahkan gula ke pada biji kopi di bagian akhir proses penyangraian. Jadi torrefacto ini intinya adalah menambahkan jumlah gula at least 10 – 15% dari berat kopi pada saat proses roastingberlangsung. Hal ini dipercaya akan menambahkan rasa manis, mempertebal krema, membuat biji kopi lebih mengkilap dan terlihat indah. Tak hanya itu, ini juga dipercaya memperlambat proses oksidasi dan membua biji kopi bisa lebih lama bertahan saat disimpan dalam kurun waktu yang tertentu.




Torrefacto biasanya ditemukan di negara-negara seperti Spanyol, Perancis, Portugal, Meksiko, Bolivia, Argentina dan beberapa negara Amerika Latin lainnya. Terrofacto juga biasa diaplikasikan pada 1920. Pada masa itu peminum kopi percaya bahwa terrafacto adalah cara roastingyang membuat rasa kopi lebih enak, manis dan bertahan lama. Selain itu,terrafacto disebutkan akan membuat aroma dan rasa kopi menjadi berbeda. Gula yang ditambah saat prosesroasting menyebabkan gula tersebut meleleh dan gosong. Itulah yang menyebabkan rasa pahit, karamel dan warna hitam yang identik pada biji kopi hasil torrefacto.